Dulu Jual ke Pengepul, Warga Kampung Durian Tunjungan Blora Ubah Kebun Jadi Tempat Wisata Berkat Program Desa BRIlian BRI

Desa Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dikenal memiliki potensi wisata alam. Potensi desa wisata tersebut diperkuat melalui program Desa BRILian yang mengangkat prospek kuliner komoditas hortikultura yakni buah durian.

Berbagai program pemberdayaan yang dilakukan BRI mampu mendorong kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Bahkan pelaku UMKM dari kawula muda lebih bergeliat dan semakin bersemangat karena wisata di daerahnya naik.

Direktur Mikro BRI Supari menambahkan bahwa selain pemberdayan, literasi dan inklusi sudah secara internal dan menjadi agenda yang masif dilakukan kepada Desa BRILian.

Melalui relationship manager segmen mikro atau biasa disebut Mantri yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
BRI mampu meningkatkan inklusi keuangan melalui program pembiayaan di Desa BRILian. Di samping itu, Mantri BRI dapat melakukan kurasi kepada nasabahnya untuk naik kelas.

“Karena Desa BRILian merupakan program pemberdayaan yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul. Melalui semangat kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi desa berbasis Sustainable Development Goals (SDG’s),” ujar Supari dalam siaran pers.

Sementara itu, Andi Aminuddin merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kuliner durian sekaligus Pengawas BUMDes di Desa Tunjungan.

Dia menjelaskan, Desa Tunjungan selama ini dikenal secara lokal karena menawarkan wisata alam buatan berupa Waduk Greneng. Tempat itu memiliki fungsi utama sebagai irigasi pertanian. Di sekitarnya terdapat pula potensi wisata lainnya seperti Cemoro Pitu dan Kebun Greneng.

Pelaku UMKM di desa tersebut yang telah lama diberdayakan Mantri BRI, potensi wisata baru kemudian muncul, yaitu kuliner buah durian.

BUMDes Tunjungan selama ini membantu mengelola potensi UMKM, di antaranya kerupuk sermier berbahan baku singkong, kerupuk gadung, juga keripik pisang. Terbaru adalah wisata kuliner durian, bahkan saat ini telah menjadi Kampung Durian.

“Memang masyarakatnya punya kebun durian, sehingga kami namakan Kampung Durian. Melalui Desa BRILian kami kembangkan Kampung Durian tersebut,” kata Andi.

Menurutnya, Kampung Durian baru dibuka diawal 2023 setelah BUMDes di sana mendapat suntikan dana melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) BRI.

Awalnya, masyarakat hanya menjual hasil kebun duriannya kepada pengepul. Namun kini perkebunan masyarakat yang memberdayakan sekitar 300 petani tersebut telah bertransformasi menjadi tempat wisata.

Di kampung itu pengunjung dapat menikmati durian langsung di tempat. Bahkan bisa menunggu durian matang di pohon yang terjatuh.

“Dari bantuan CSR tersebut, kami kembangkan Kampung Durian. Kami kelola kebun warga dan kami jadikan tempat wisata. UMKM lokal jalan semua karena menjadi pelengkap kuliner durian,” katanya.

Andi menambahkan, dirinya kini sedang merintis produksi dan penjualan coklat durian sebagai salah satu produk unggulan dari sana. Coklat durian produksi Andi dibuat tanpa pengawet dengan maksimal ketahanan di freezer selama 1 bulan.

Oleh karena itu pihaknya saat ini hanya melayani pesanan. Andi pun memasarkannya melalui media sosial dengan jumlah terbatas disesuaikan dengan pasokan bahan baku yang sangat bergantung dari musim durian.

Program Desa BRILian dihadirkan oleh BRI sejak tahun 2020. Tujuannya adalah untuk mewujudkan ketahanan ekonomi melalui pemberdayaan potensi desa di Indonesia dengan empat kriteria nilai utama yaitu BUMDes aktif, digitalisasi, kerberlanjutan (sustainability) dan inovasi.

Selain pemberdayaan UMKM dan mendorong potensi wisata di daerahnya, Andi mengungkapkan, manfaat besar lainnya dari program Desa BRILian yakni literasi dan inklusi keuangan.

Masyarakat diedukasi mengakses permodalan secara formal dan legal dengan manfaat yang jelas terasa bagi kelas usahanya masing-masing.

Kemudian masyarakat pun kini terbiasa melakukan pembayaran non-tunai melalui QRIS. Menurut Andi hal ini menjadi terobosan yang memudahkan transaksi wisatawan dengan pelaku UMKM setempat.

“Dari BRI ada pembinaan dan pemberdayaan terutama untuk pengembangan UMKM. Pengenalan QRIS, pengenalan kredit mikro dan sebagainya. Terutama QRIS yang kita rasakan manfaatnya. Membeli tanpa uang, bisa. Wisatawan yang mendatangi Kampung Durian lebih mudah bertransaksi menggunakan QRIS,” imbuhnya.