
Kekayaan alam laut yang dimiliki Indonesia memiliki ragam manfaat. Misalnya produk alami yang dapat diaplikasikan untuk terapi kanker.
Peneliti Pusat Riset Vaksin dan Obat (PRVO), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Peni Ahmadi mengatakan hal itu dalam Webinar Scientific Talks, Senin (5/9).
Menurutnya, potensi obat ini ditemukan pada invertebrata laut, seperti tunicate, mollasse, annelid, soft coral, bryozoa, dan sponge.
Beberapa spons laut spesifik yaitu Lantrunculin magnifica dan Haliclona sp berpotensi sebagai obat terapi kanker.Potensi, melalui strategi baru in vivo therapeutic chemistry.
“Banyak sekali terapi kanker yang telah dilakukan, namun memiliki efek samping. Melalui metode sintetis yang dilakukan pada sel hidup atau sel organisme dengan mempelajari material tanpa cytotoxic, kami dapat mengaktifkan senyawa tidak aktif dalam sel hidup,”kata Peni dilansir dari siaran pers BRIN.
Manfaat dari strategi ini, sangat selektif, spesifik, efektif, dan efisien. Dapat mengurangi masalah utama terapi kanker.
Doktor lulusan Ryukyus University ini menuturkan, terdapat dua tipe senyawa sebagai studi material yang perlu diinjeksi atau sintensis dalam sel organisme.
Pertama, digunakan glycocluster yang memiliki penggerak, dan metalloenzyme atau katalis yang tidak bersifat cytotoxic terhadap pasien atau sel hidup.
Kedua, injeksi dilakukan terhadap target spesifik, sehingga zat yang disuntikkan dapat terakumulasi ke dalam tumor.
Setelah beberapa lama terakumulasi dalam tumor, langkah selanjutnya dilakukan injeksi obat tidak aktif secara intravena.
Ketika obat tidak aktif tersebut bertemu dengan tumor aktivator aktif, maka obat ini dapat diaktifkan untuk membunuh sel-sel kanker.
“Dalam strategi ini, kami menggunakan bio-orthogonal chemistry. Produk ini tidak aktif, jika aktif maka strateginya tidak efektif sama sekali, karena dapat merusak sel sehat dalam tubuh. Kami gunakan produk tidak aktif untuk dapat membelah kelompok pelindung dan mengaktivasi produk ini menjadi obat untuk untuk membunuh sel-sel kanker,”jelasnya.
Menurutnya meskipun produk alami memiliki struktur yang kompleks, namun masih sangat memungkinkan untuk memodifikasi strukturnya. Potensinya menjadi obat terapi sel kanker sangat menjanjikan dengan bonus tanpa efek samping.
Selain itu Kepala PRVO BRIN, Masteria Yunolvisa Putra mengungkapkan, alam telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan farmasi. Namun, khusus lingkungan laut masih dianggap kurang terekspos.
Padahal, lingkungan laut relatif lebih terjaga dan tidak rusak dibandingkan dengan lingkungan darat. Kondisi ini membuat upaya penemuan metabolit sekunder bioaktif belum meluas dari darat ke laut.
Beberapa tahun terakhir, banyak sekali metabolit sekunder baru telah diisolasi dari invertebrata atau mikroorganisme yang bersimbiosis dengan invertebrata laut.
“Melalui pengetahuan yang dipaparkan oleh narasumber webinar dari Jepang dan Korea.Saya berharap kita mendapatkan wawasan baru dan dapat bekerja sama untuk penemuan produk alami laut untuk bidang farmasi,” terangnya.
Webinar itu bertajuk Currents Trends Marine Drugs Development Part 2. Menghadirkan dua narasumber lainnya, yaitu Yeon-Ju Lee, Peneliti dari Korea Institute of Ocean Science and Technology, dan Agustinus R. Uria, Assistant Professor dari Hokkaido University.
Yeon-Ju Lee menjelaskan paparan bertajuk Discovery of Biologically Active Secondary Metabolites from Marine Invertebrates, sementara Agustinus R. Uria menjelaskan paparan bertajuk Marine Bacterial Natural Products from Biosynthetic Aspect.(yer)