Peneliti BRIN Ciptakan Bahan Magnetik dan Teknik Nuklir Anti Deteksi Radar

Nasional2,865 views

Peneliti dari Badan Riset Teknologi dan Inovasi (BRIN) Wisnu Ari Adi menciptakan bahan magnetik dan teknik nuklir untuk teknologi anti deteksi radar.
Wisnu memaparkan, teknologi siluman atau teknologi anti deteksi radar merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan alutsista.

Teknologi anti deteksi radar ini perlu dimiliki oleh negara yang memiliki wilayah laut karena merupakan teknolgi strategis untuk pertahanan suatu negara.

“Indonesia memiliki hampir 80% wilayah laut. Sehingga koordinasi pengamanan wilayah laut pada saat ini sangat diperlukan. Mengingat sistem pertahanan belum sepenuhnya mencakup luasnya wilayah teritorial tersebut,”kata Wisnu dalam pengukuhan pegawai menjadi profesor riset di Gedung 71 Kawasan Nuklir Serpong, Puspitek Tangerang Selatan (15/9/2021)

Acara itu dilakukan oleh Majelis Pengukuhan Profesor Riset, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).Mengukuhkan tiga orang pegawai menjadi profesor riset.

Wisnu menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan telah berhasil dibuat bahan penyerap gelombang radar atau radar absorbing material (RAM). Berbasis bahan magnetik dengan karakterisasi menggunakan teknik nuklir.

Spesifikasi teknis dari bahan RAM memiliki struktur kristal monoklinik, bersifat ferromagnetic. Mempunyai ukuran partikel rata-rata sekitar 72 nm. Memiliki kemampuan penyerapan gelombang radar relatif sangat tinggi sebesar -20,12 dB pada frekuensi 10,28 GHz.

“Bahan RAM ini memiliki keunggulan dimana dapat digunakan sebagai bahan penyerap gelombang radar (radar absorbing material). Sifat anti deteksi radar ini merupakan produk baru yang bernilai sangat strategis di bidang pertahanan serta potensial untuk industri elektronik dan telekomunikasi,”jelasnya.

Selain itu acara tersebut mengukuhkan ketiga profesor. Yakni Dr. Setyo Purwanto, M.Eng. bidang Fisika Bahan Kondensasi, Dr. Mohammad Dani bidang Material Fungsional, dan Dr. Wisnu Ari Adi bidang Material Fungsional.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan, gelar profesor riset ini merupakan gelar tambahan yang diberikan kepada para peneliti yang telah mencapai jenjang utama.

Kepadanya diberikan tambahan tanggung jawab untuk membina peneliti lain di bawahnya.

Dia berharap agar para profesor yang baru dilantik lebih berkontribusi kepada bangsa dan negara.

“Para profesor agar terus berupaya menghasilkan karya-karya yang luar biasa dan mampu berkontribusi kepada ilmu dan pengetahuan dan mendorong pertumbuhan ekonomi riil di Indonesia,” harap Handoko.

Sementara itu, Setyo Purwanto memaparkan Peran Teknik Nuklir Dalam Pengembangan Bahan Giant Megnetoresistance (GMR).

Dijelaskannya, era abad 21 adalah era yang mempunyai ciri teknologi informasi mengalami perkembangan yang pesat. Di era inilah sensor mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung perangkat teknologi informasi.

“Bahan Giant Magnetoresistance (GMR) telah berkembang pesat dengan memanfaatkan nanoteknologi, seperti teknik sputtering dan high energy milling yang didukung oleh fasilitas karakterisasi berbasis teknik nuklir seperti teknik hamburan neutron untuk menjawab persoalan mendasar pada bahan tersebut,” kata Setyo.

Setyo menjelaskan, pemanfaatan teknik nuklir untuk karakterisasi dan juga modifikasi bahan GMR tersebut menjadi pentin. Untuk mengungkap mekanisme yang mendasari sifat GMR tersebut muncul pada skala nanometer. Hal ini telah terimplikasi besar dalam perjalanan litbang GMR yang dilakukannya.

Potensi pemanfaatan GMR menurut Setyo dapat diaplikasikan di berbagai bidang yakni bidang kesehatan. Bidang teknologi nuklir, bidang uji tak rusak, dan bidang energi.

Melihat banyaknya potensi pemanfaatan GMR di bidang kehidupan manusia, Setyo berharap adanya dukungan pengembangan fasilitas riset nuklir dan non nuklir berbasis nanoteknologi. Yang lebih canggih dan terintegrasi serta kolaborasi yang terbuka akan menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini, termasuk pelibatan SDM talenta nasional.

Mohammad Dani dalam paparannya yang berjudul Baja Nirkarat Austenitik dan Feritik Tahan Temperatur Tinggi menjelaskan, teknologi reaktor nuklir sebagai pembangkit listrik telah berkembang pesat dan kini telah mencapai generasi ke-4. Jenis reaktor generasi ini mampu beroperasi pada temperatur maksimum yakni 500 – 1100 derajat celcius.

“Reaktor generasi ke-4 ini membutuhkan bahan baja nirkarat tahan temperatur tinggi yang sampai saat ini litbangjirapnya terus dikembangkan di Indonesia,” Kata Mohammad Dani.

Baja nirkarat maupun Fe-based superalloy kata Mohammad Dani, berpotensi digunakan sebagai komponen peralatan yang bekerja pada suhu tinggi dan dalam lingkungan yang korosif. Terrmasuk komponen peralatan reaktor nuklir. Industri transportasi juga memanfaatkan baja nirkarat tersebut.

Khususnya pada bagian-bagian tertentu yang berkaitan dengan proses pembakaran yang menghasilkan output daya besar dengan gas buang yang rendah.

Menurutnya, perkembangan teknologi PLTN masih terus dikaji di Indonesia, termasuk PLTN generasi ke-4 yang membutuhkan banyak bahan tahan temperatur tinggi.

“Peluang pemakaian baja nirkarat austenitik dan feritik semakin tinggi mengikuti perkembangan teknologi yang memerlukan komponen struktur tahan temperatur tinggi hingga 1100 derajat celcius,” tambahnya.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan baja nirkarat yang tahan temperatur tinggi, termasuk memiliki sifat-sifat kekuatan tinggi. Serta ketahanan korosi temperatur tinggi dan creep yang baik, diperlukan pengembangan baja nirkarat austenitik dan feritik secara berkesinambungan.

Hal itu menjadi salah satu motivasi utama Mohammad Dani. Untuk merancang, mensintesis, dan mengkarakterisasi baja nirkarat maju dengan kandungan pemadu yang berbeda dengan komposisi yang ada di pasaran dewasa ini. (yer)