Olah Pisang yang Terbuang jadi Keripik hingga Bisnis Lele

Previous Image
Next Image

info heading

info content

 

Dipekarangan rumah Kania Putri sapaan akrab Rokhaniyah tumbuh pohon pisang gablok. Pisang itu sering terbuang karena rasanya kurang disukai. Ide kreatifnya muncul untuk mengolah pisang jadi keripik. Kini permintaan pembeli terus mengalir. Keripik pisang buatannya laris terjual.

Sejak sepekan terakhir Kania semakin sibuk. Bisnisnya bertambah sejak membuat usaha keripik pisang. Kian hari peminatnya semakin banyak. Mendapat respon baik dari pembeli disekitar lingkungannya.

Kania menjual keripik pisang disekitar rumahnya. Letaknya di Desa Pandes RT 04/RW 03 Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

“Pisang itu biasanya dibuang karena tidak ada yang mau. Dikasih ke tetangga juga pada tidak suka. Tidak bisa dikolak. Tidak bisa dibuat jajanan.
Kalau sudah tua banyak bijinya,”kata alumni Buruh Migran Cerdas (BMC) Hong Kong (2015) batch 2 yang dibina tim dosen Ciputra Entrepreneurship Centre itu.

Setelah dibuat keripik kata Kania, ternyata rasanya enak dan empuk. Semula Kania membagikan keripik pisang itu ke anggota keluarga dan tetangganya untuk mencicipi.

“Saya coba olah jadi keripik. Mereka ternyata suka. Keripiknya katanya enak. Rasanya empuk. Nenek nenek juga bisa makan,”ucapnya.

Untuk saat ini keripik pisang dijual Kania dengan menitipkannya ke warung-warung. Termasuk dijual on line melalui face book. Semakin hari semakin banyak yang pesan.

“Setiap ada yang punya hajatan lansung saya tawarkan pisang, daunnya dan keripik. Sekali proses langsung habis sekitar 8 KG. Harga jual Rp 40 ribu per kilo gram,”jelas Buruh Migran Indonesia Hong Kong (2012) itu.

Lantaran permintaan terus bertambah Kania membeli stok pisang mentah dari pengepul. Jenis pisang ditambah jadi bebrapa rasa pilihan seperti pisang nangka dan raja.

Lele Megal Megol

Sebelum merambah keripik pisang Kania juga sudah memiliki bisnis lainnya. Olahan ikan lele, ternak lele segar, tambak udang,bandeng dan nila. Ia terjun memulai bisnis sejak 2016 setelah kembali dari Hong Kong.

Setiap hari ia keliling desa Pandes, untuk menjajakan olahan ikan lele. Untuk menarik perhatian calon pembeli, boks motor matic dipasang keranjang bambu. Dipasang banner bertulisan Budidaya Lele, Aneka Olahan Ikan Lele. Namanya Lele Megal Megol.

Boks keranjang diisi alat timbangan manual. Perlengkapan jualan itu selalu dibawanya untuk berdagang.

“Banner sangat membantu sebagai sarana promosi produk lele yang saya jual,” kata ibu dua anak itu.

Gurihnya daging si kumis itu, memang selalu diburu pelanggan Kania. Tidak hanya dikenal gurih, ikan lele bisa diolah menjadi beragam rupa makanan yang lezat.

Dalam sehari belasan kilo gram lele segar terjual. Khusus untuk lele goreng dibandrol seharga Rp 7 ribu per porsi lengkap dengan sambal dan lalapan.

Kania berjualan setiap hari. Dimulai pukul 07.00 WIB Kania rutin menjumpai pelanggannya. Keliling kampung dilakukannya hingga pukul 09.00 WIB. Dengan cekatan Kania menyetir motornya berjualan keliling menyambangi rumah warga di desa itu.

Usai berkeliling kampung, lalu berlanjut menjual makanan untuk siswa SDN 2 Pandes yang tak jauh dari rumahnya. Di sekolah tersebut, olahan lele buatan Kania sudah dikenal para siswa. Khusus anak sekolah harga lebih terjangkau. Harga nugget, sosis dan bakso lebih terjangkau Rp 500 per buah.

Sore harinya hingga senja Kania menjual aneka sosis, nugget dan bakso.Lokasi jualanya di Taman Pendidika Al Quran (TPA) Miftahul Huda di Desa Pandes.

Melihat peluang potensi desanya yang begitu banyak Kania mengaku tidak ingin melewatkanya begitu saja. Ia ingin membangun ekonomi keluarganya untuk keluar dari kemiskinan.

Jatuh bangun merintis bisnis ikan dialami Kania tanpa galau. Ia pernah mengalami kegagalan usaha tambak dan ternak lele. Kerugian jutaan rupiah pernah alaminya karena tambaknya bandeng dan nila pernah gagal panen. Ikan lelenya juga pernah mati mendadak. Harapan dapat untung justru Kania mengalami kerugian. Rugi uang dan rugi waktu.

“Meskipun bisnis pernah gagal sebagai seorang entrepreneur tidak mundur. Tidak takut dengan apapun karena kami sudah belajar ilmunya di BMC. Selagi kita bersaing sehat apapun kendalanya pasti kita bisa melewatinya,” jelasnya.

Cara promosi ala Kania yaitu :

-Menyebar info dari mulut ke mulut
-Dari internet lewat media sosial seperti Facebook dan Whats App grup.
-Menggunakan spanduk di rumah. Dipasang juga di motor untuk keliling
kampung
-Menyebar brosur promo jenis makanan dan diskon produk

 

Tentang Rokhaniyah (Kania Putri)

Tempat Tanggal Lahir : Pandes, 14 Januari 1984

Alamat : Desa Pandes RT 04/RW 03 Kecamatan Cepiring
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pendidikan : MTSN 01 Karang Suno, Cepiring (2000)

Pengalaman Kerja : Buruh Migran Indonesia Hong Kong (2012-2016)

Organisasi : Buruh Migran Cerdas (BMC) Batch 2 (2015)

Kegiatan Usaha : Tambak udang dan nila, ternak lele segar, Lele Megal Megol khusus menjual olahan makanan ikan lele