Pak Ci Cerita Tentang Pangeran Diponegoro, Kini Perjuangan Bebaskan Kemiskinan dengan Entrepreneurship

 

Entrepreneurpos_Ada banyak kisah perjalanan Ir. Ciputra semasa hidup yang saya rekam dalam tulisan berita dan sejumlah foto. Saya mengikuti perjuangan Pak Ci untuk menyebarkan entrepreneurship keliling kampus. Forum wirausaha muda dan kegiatan entrepreneurship di berbagai kota hingga luar negeri.

Kali ini Pak Ci mengulas tentang perjuangan pahlawan nasional Pangeran Diponegoro. Pak Ci menyinggung kisah heroik sang pahlawan untuk membuat masyarakat merdeka sejahtera bebas dari kemelaratan.
—-

Ketika itu, pagi sekali sekitar 06.30 WIB. Saya sudah siap menunggu Pak Ci di VIP room, bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta. Keberangkatan kami waktu itu pulang pergi dalam satu hari rute Jakarta -Semarang. Mengingat waktu yang singkat, rombongan kami terbang dengan pesawat khusus yang disewa Pak Ci menuju Semarang.

Turut serta dalam satu pesawat Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center Antonius Tanan.

Pak Ci memulai cerita tentang kisah para pejuang dimasa penjajahan Belanda. Saat itu bangsa Indonesia hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan. Dimasa itu munculah sosok pejuang Pangeran Diponegoro yang tersohor seantero jagat.

Semangat perjuangan sang pangeran itu untuk membebaskan rakyat dari kemelaratan di masa penjajahan. Semangatnya tidak pernah padam.
Bedanya kini, perjuangan untuk menyejahterakan bangsa itu dapat ditempuh di jalur entrepreneurship.

Pesan itu disampaikan Ir. Ciputra hadapan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Jawa Tengah (17/3/2010).

Kehadiran Pak Ci sapaan akrab Ciputra sudah dinanti panitia penyelenggara Dies Emas Fakultas Ekonomi Undip kala itu. Para mahasiswa, alumni dan  dosen tampak memenuhi ruang gedung pertemuan Pasca Sarjana di kampus itu.

Dialog itu dilakukan Pak Ci berlangsung selama dua jam itu.

Setiap kehadiran Pak Ci untuk  pembicara entrepreneurship  selalu disambut antusias. Padahal saat itu usianya 78 tahun. Usia yang tidak lagi muda, tapi semangatnya yang tak pernah surut.

Menurut Pak Ci, Undip bisa menjadi penerus untuk berjuang mengentaskan kemiskinan. Mahasiswa dan para alumni.

“Jadikan Undip menjadi world class entrepreneurship center di Jawa Tengah dan untuk bangsa. Walaupun jauh dari Jakarta, gerakan entrepreneur juga harus digiatkan disetiap daerah,”pesan Pak Ci.

Bila di negara maju menurut Pak Ci, kampus berlomba-lomba mendapatkan status sebagai World Class University. Menciptakan entrepreneur muda yang bisa mengembangkan perekonomian di daerah kota dan kabupaten di Jateng.

“Sebagai world class entrepreneurship center akan mendorong lahirnya technopreneur yang merupakan gabungan dari tekhnologi dan entrepreneur,”ucap Pak Ci

Selama dialog itu Pak Ci juga melayani pertanyaan dari para audiens . Misalnya seperti yang diutarakan Hermawan mahasiswa semester empat jurusan Akutansi Undip.

”Bagaimana cara bangkit dari kebangrutan,”tanya mahasiswa itu.

Pertanyaan itu ditanggapi Pak Ci dengan menuturkan kisah sukses Thomas Alfa Edison. Sebagai ilmuan ia tidak hanya menemukan listrik tetapi juga eksis menjadi pengusaha. Mendirikan General Electric (GE) dan telah mendapatkan 1.093 paten. Kesuksesannya itu membuktikan technopreneur berhasil dikembangkan.

Dijelaskan Pak Ci menjadi entrepreneur itu harus berani dan juga memikirkan kepentingan orang lain. Kisah Thomas tersebut adalah contoh sukses komersialisasi hasil pengkajian dan perekayasaan teknologi. Berguna bagi banyak pihak secara berkelanjutan

“Kegagalan itu biasa dalam berbisnis. Sekali kegagalan saja pasti akan meraih keberuntungan berlipat-lipat,”terangnya.

Tidak itu saja produk temuan Edison, terang Pak Ci, memberikan solusi persoalan untuk meningkatkan kualitas hidup. Oleh karena itu pihaknya berharap Undip juga dapat belajar dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Hasil riset MIT mampu menghimpun 2.800 alumninya yang sudah berwirausaha dan mempekerjakan sedikitnya 3,3 juta karyawan.

Membangun pusat untuk pelatihan dan promosi entrepreneurship bagi para mahasiswa, peneliti, dan stafnya. Pendirinya para peneliti, perekayasa, dan manajer MIT percaya bahwa tidaklah cukup hanya untuk menemukan sebuah produk, konsep dan teknologi baru.

“Ukuran keberhasilannya adalah komersialisasi global dan diterimanya inovasi mereka secara luas,” bebernya.

Lain halnya yang ditanyakan Larmi peserta lainnya dalam acara itu.

Menurutnya, bagaimana cara mengatasi anak yang punya kelainan.

“Anak saya mahasiswa peternakan Undip. Selalu minta uang untuk modal usaha ternak namun belum menunjukan hasilnya. Padahal sebagai orang tua ingin anak fokus belajar kuliah saja,” katanya.

Menanggapi itu Pak Ci memberikan saran agar orang tua juga mendorong anak-anak untuk kreatif. Sebab virus entrepreneur itu bisa menular kepada siapa saja melalui lingkungan pergaulan di kampus.

“Sebaiknya dibimbing dengan mengikuti pelatihan wirausaha untuk mematangkan konsep dan ide bisnisnya. Kelainan karena memiliki ide kreatif itu justru menarik. Menjadi murid out of the box biasanya akan lebih berhasil dari pada siswa lainnya,”saran Pak Ci.

Diharapkan Pak Ci Undip mengiatkan incubator bisnis yang menjadi wadah kreatif mahasiswa.

“Mencetak lulusan yang cakap menjadi entrepreneurs muda. Tidak hanya sibuk mencari lowongan kerja saja,”katanya.(yeri)