Skema Pre-Financing dalam pembiayaan untuk rantai pasok pangan berbasis koperasi, diterapkan di Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Kopontren Al-Ittifaq berhasil mengusahakan perbaikan perekonomian masyarakat di sekitarnya, dengan memberdayakan para petani kecil yang memproduksi sayur dan buah-buahan sejak tahun 1997.
“Dalam Pre-Financing ini, koperasi diberikan pembiayaan. Memastikan koperasi membeli produk pertanian hingga 100 persen, menjadi agregator, serta menyeleksi produk hasil pertanian ke pasar modern,” ujar Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki (6/3).
Dijelaskannya pada 2020, KemenKopUKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) memberikan solusi pembiayaan. Agar Kopontren Al-ittifaq dapat meningkatkan skala usaha dan memperluas rantai pasok pangan melalui skema Pre-Financing.
LPDB-KUMKM memberikan pembiayaan pada Kopontren Al-Ittifaq sebesar Rp 6,3 miliar, lalu meningkat di tahun 2021 dan 2022 dengan total pembiayaan sebesar Rp 12 miliar.
Saat ini, pasar modern yang telah terhubung dengan Kopontren Al-Ittifaq antara lain PT Lion Superindo, Yogya Departement Store, AEON, hingga Alif Mart.
Skema Pre-Financing telah diterapkan di Amerika Serikat (AS) di sektor pertanian. Tujuannya untuk memastikan stok pangan komoditas seperti jagung, kentang, dan gandum.Tiap tahun modal kerja diberikan Pemerintah, sehingga Pemerintah AS bisa memprediksi kapan panen jagung, gandum, dan kentang.
Di Indonesia, Kopontren Al-Ittifaq harus memenuhi kebutuhan permintaan pasar sebanyak 70 ton per hari.Maka diperlukan pasokan dari petani-petani lainnya yang turut dibina oleh Kopontren tersebut.
“Yang paling sulit itu adalah produk pertanian seperti sayur mayur dibanding dengan gandum. Karena sayur mayur mudah rusak. Sehingga diperlukan presisi ketepatan waktu pengelolaannya,” jelasnya.
Sebanyak 60 persen, petani kecil mengolah lahan di bawah setengah hektare untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sebelumnya mereka membutuhkan agregator tradisional seperti pengepul, tengkulak dan lainnya. Saat ini digantikan posisinya oleh koperasi.
“Sehingga tidak lagi ada isu ketika panen raya, produk pertanian tak terserap sehingga harganya anjlok,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan dialog antara Presiden Jokowi dan para petani. Dihadiri sebanyak 300 petani binaan Koperasi Al-Ittifaq, 60 pondok pesantren terafilasi Koperasi Al-Ittifaq, dan 28 koperasi sektor pertanian.
Kemudian fungsi pendampingan termasuk pelatihan dan pembinaan kemampuan teknis hingga manajemen agrikultur melalui Alif Learning Center (ALEC). Manajemen keuangan petani yang membantu petani mengelola keuangan, tabungan, dan secara kolektif memitigasi potensi risiko gagal panen.
Teten mengatakan, skema bisnis yang telah berjalan di Kopontren Al-Itifaq memberikan berbagai perubahan besar bagi para petani. Terciptanya pertanian terencana dan kepastian pasar.
Penguatan akses pembiayaan dari perbankan, dan pemenuhan suplai kebutuhan pangan.
“Adanya kepastian pasar yang didapatkan oleh para petani melalui Kopontren Al-Ittifaq, menumbuhkan kepercayaan perbankan. Untuk menyalurkan pembiayaan secara langsung pada petani kecil melalui skema KUR Klaster. Dalam hal ini disalurkan oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI,” kata Teten.
Saat ini Kopontren Al-Ittifaq telah berjejaring dengan 90 pondok pesantren. Memiliki lebih dari 1.200 anggota yang tersebar dibeberapa provinsi di Indonesia. Yakni Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung, hingga Riau.
Melalui skema pre-financing, Kopontren Al-Ittifaq mengalami kenaikan omzet dan aset yang siginifikan. Omzet yang saat ini berjumlah Rp11,91 miliar atau meningkat 31 persen dari tahun 2019. Serta aset yang sekarang berjumlah Rp56,1 miliar atau meningkat 28 persen dari tahun 2019.
Menteri Teten memastikan, skema pembiayaan rantai pasok berbasis koperasi (pre-finance) juga mampu memberikan dampak yang signifikan, terhadap kapasitas produksi para petani untuk didistribusikan ke pasar modern.
Antara lain dari yang sebelumnya di tahun 2019 hanya mampu mengirim 2,3 ton per hari, pada tahun 2022 Kopontren Al-Ittifaq mampu mengirim hasil produksi petani sebanyak 6,3 ton per hari.
Saat ini, kebutuhan pasar modern sayur dan buah adalah 70 ton per hari, namun sayangnya baru dapat dipenuhi 6,3 ton oleh Kopontren Al-Ittifaq.
“Untuk itu, melalui pengembangan pembiayaan rantai pasok berbasis koperasi (pre-financing), Kopontren Al-Ittifaq diproyeksikan mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 kali lipat bersama dengan 40 koperasi sejenis agar dapat memenuhi kebutuhan pasar modern,” jelasnya.
Sementara itu Presiden Jokowi yang hadir di lokasi itu mengatakan, konsep pertanian yang berangkatnya tidak dari produksi. Tapi berangkatnya dari permintaan pasar, memiliki manfaat besar yang kemudian diproduksi di sekitar pondok pesantren. Membuka jalan bagi para petani.
Kesulitan yang diminta tadi KemenKopUKM bersama Bank Indonesia (BI) mohon bisa dibantu, Medco juga diharapkan membantu. MenKopUKM membantu dari sisi pembiayaan. Hal ini bukan masalah modal atau uang, tapi masalah managemen. Dipinjami uang berapa pun bisa dilakukan tapi kalau managemennya kurang baik baru berapa tahun sudah tutup.
“Saya berharap konsep matang ini bisa dilakukan atau ditiru di semua koperasi, induk saja sampai berhasil,” katanya.